2018 ku


Malam ini aku menjadi panitia. Pesertanya ibuku sendiri, adikku, dan teman ibuku. Hahaha, iya aku yang masih berumur 16 tahun harus menghibur keluargaku sendiri dan juga keluarga teman ibuku. Tentunya aku sebagai salah satu yang membantu Fun Camp ini berjalan sesuai yang direncanakan. Sesuai namanya, aku yang masih pemula di bidang ‘panitia’ harus menjadi guide dalam setiap game untuk para peserta – usia mereka diatasku, yap sedikit canggung rasanya. Aku bersama teman-teman yang lain menerangkan cara permainannya, lalu para peserta yang sudah terbagi menjadi beberapa kelompok memainkannya. Rasanya senyuman dan tawa mereka memiliki rasa bahagia tersendiri bagiku.
Besok sudah tahun 2018, aku, Kak Shadra, dan Pey tidak kebagian tenda untuk tidur. Namun tempatnya bukan hutan rimba yang tidak ada pemukiman, melainkan tempat wisata yang ada warung, toilet, dan tempat parkir. Mungkin akibat rasa kantuk jiwa survival kami keluar. Kami meminjam kunci mobil Ibuku, dan tidur di sana. Beberapa kali suara kentut terdengar, memperindah lelapnya tidur di malam tahun baru.
Kami terbangun, kaca mobil buram karena hanya terbuka sedikit. Atau mungkin pertanda kalau tahun ini kisahku seperti kaca mobil yang buram? Hmm. Hanya Tuhan, aku, orang tuaku, kakakku, adikku, temanku, yaah pokoknya semua yang mengukir 2018-ku yang tahu. Tapi akan kubagi kisahku, karena berbagi adalah ibadah.

Tahun baru bagiku tidak hanya pergantian tahun, karena bulan Januari aku berulang tahun. Dan tahun ini aku berumur 16 tahun. Umi sudah berjanji akan mengabulkan permintaanku dari kelas 7 yang akhirnya terkabulkan tahun ini, pasang behel. Katanya itu sebagai kadoku di usia ke 16. Kado termahal yang pernah kudapat. Aku pasang behel sore itu juga. Pengerjaannya cukup lama dan pegal. Mulutku, lebih spesifiknya bibirku diberi benda berbahan karet yang menahannya biar tetap terbuka. Dan itu membuat air liur tidak terkontrol hahaha. Setelah beberapa lama akhirnya behelku terpasang. Seminggu pertama (atau mungkin sebulan) aku hanya makan bubur, tidak ada yang lain, mengingat saran dari dokter untuk memakan bubur. Namun hari pertama karena penasaran aku mencoba makan nasi, dan hasilnya hampir seluruh nasi yang kumakan nyangkut ke kawat, dan salah satu behelnya copot.  Sejak saat itu aku hanya makan bubur.
Hari pertama  di sekolah, aku tidak seperti biasanya, lebih banyak diam. Gigiku sakit, tidak terlalu sakit tapi rasanya sangat mengganggu. Mungkin seperti sakit gigi tapi lebih menyakitkan karena tidak bisa makan apa yang ada di kantin, karena takut behelnya rusak. Sudah semakin lama, rasa sakitnya sudah tidak terlalu terasa, namun aku belum terbiasa dengan setelah makan. Sebelas dua belas dengan ketika makan nasi, setengah makanan yang masuk ke mulutku berhenti cuma sampai di kawat. Bayangkan ketika aku tersenyum, yang kelihatan hanya putihnya butir nasi. Dan itu membuatku malu. Akhirnya aku sikat gigi setiap setelah makan, dan semakin ke sini aku hanya kumur-kumur, karena sikat gigi membutuhkan sekitar 5 menit dan jika aku makan 3 kali sehari, ditambah 2 kali ngemil, akan ada 25 menit yang akan terbuang hanya untuk sikat gigi. Belum lagi kalau makan saat istirahat, aku harus menyikat gigi 5 menit dan disuruh push up oleh guru karena terlambat untuk sikat gigi.
Januari menjadi bulan yang lama, dan mulai sekarang, aku akan selalu ditemani oleh behelku yang tercinta – mau tidak mau.


Akhir tahun ini umi menyuruhku untuk mengikuti acara training. Sudah berbagai cara kulakukan untuk tidak mengikuti training itu. Namun pada akhirnya aku tetap ikut. Pagi hari sekitar jam 6, kami sudah bersiap-siap. Umi, Kak Ocha, dan Aliya duluan berangkat menggunakan mobil. Sedangkan aku dan Kak Shadra menggunakan motor supaya bisa berangkat agak terlambat – Umi dan Kak Ocha panitia acara, jadi harus berangkat pagi-pagi. Sampai di sana aku bertemu muka-muka tidak asing, seperti dugaanku, hampir semua peserta acaranya kukenal.
Setelah pendaftaran ulang, pembagian kamar, membereskan barang,  mulailah acara pertama, training bersama seorang bapak-bapak yang badannya tidak seperti umurnya. Bahkan sampai sekarang aku bingung, bapak ini motivator, psikolog, atau pengusaha. Materi yang ia berikan awalnya tentang cara untuk sukses. Kemudian para peserta disuruh membentuk beberapa lingkaran, dan salah seorang harus mengakui kesalahan dimasa lalu dan meminta pendapat dari teman kelompoknya – yang menurutku berbau psikologi. Kami disuruh untuk jujur dan sungguh-sungguh, namun saat itu aku tidak memiliki motivasi untuk melakukannya dengan serius. Namun memberikan pendapat dan saran tidak terlalu buruk menurutku, setidaknya aku bisa membantu sedikit permasalahan orang lain – yang mungkin tidak membantu sama sekali. Namun bapak tersebut memberikan materi yang menarik menurutku, walaupun tidak terlalu nyambung atau aku yang  tidak bisa menghubungkannya.
Pemateri berganti, sekarang lebih menarik lagi. Aku sangat antusias kali ini, dengan diam dan memperhatikan. Materinya tentang Atheis dan Theis. Orang yang tidak percaya tuhan dan yang mempercayainya. Percaya atau tidak, kami diberikan info kalau negara teraman di dunia justru diduduki oleh negara-negara Atheis, dan negara-negara beragama justru berada di tingkat bawah. Mulai dari situ perhatianku fokus ke materi. Sebelumnya aku sudah pernah mendengarnya, dan aku sudah mempunyai argumen sendiri tentang hal tersebut. Setelah beberapa argumentasi teman-teman diutarakan, termasuk aku, kami kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yang pertama percaya terhadap tuhan dan yang kelompok kedua tidak percaya tuhan, dan aku masuk ke dalam kelompok kedua. Menjadi Atheis ternyata lebih mudah ketimbang Theis, hahaha. Tentu di dalam debat saja, aku tidak tahu seperti apa kehidupan Atheis. Ujung dari materi ini adalah tentang Tauhid, yaitu mengesakan Allah. Mungkin semua orang butuh hal seperti ini, menjadi Atheis dan memahami pemikiran mereka, kemudian menjadi Theis. Seperti yang kita tahu, orang Atheis masuk Islam setelah melihat ‘Islam’ yang tidak kita lihat – pencitraan sedikit tidak apa-apa kan?
Training tahun baru ditutup dengan pergantian malam tahun baru tentunya. Kami bermain game, bernyanyi, joget (mungkin efek materi Atheis tadi), dan beberapa bakar jagung. Terimakasih untuk behel tercintaku, aku hanya bisa melihat teman-teman memakan jagung. Jam menunjukkan pukul 3 subuh, mataku sudah berat. Capek seharian beraktivitas. Malam yang panjang, tidur Cuma sebentar. Pergantian tahun selalu membuat jantungku berdegup dengan kencang, apa yang akan terjadi di tahun selanjutnya?